Langsung ke konten utama

Pinus

Tak ada yang benar benar tau, rasa yg semula kosong, lalu menggebu dengan hebat. Juga serpihan fikiran, yang bergelayut tiap malam di antara bantal-bantal. 

Aku tak pandai menghipnotis apapun. Bahkan kedipanku tak mempan pada sebuah kisah klasik ini. Hanya saja, otakku sedikit bekerja lebih keras, dalam meng improvisasi semesta, sembari kuserahkan semua pada-Nya. 

Aku hanya ingin berbagi cerita padamu. Meski lewat perantara blog yang entah dilirik atau tidak. Cerita tentang pinus yg kembali ku jelajahi, pohon-pohon menjulang tinggi dan menciptakan teduh yg rindang. Sekelebat bayangmu lewat di sampingku. Membawa kotak makan berisi ikan goreng, dan nasi putih. 

Kau tau, jalanan yg dulu masih tanah, sudah terbentang jembatan-jembatan kayu yg indah. Dengan paku paku yang masih mengkilap, dan tali-tali yg serupa dengan tali safety panjat tebing saat dulu di mapala. 

Kau ingat? Ada semacam rumah pohon yang bisa kita gapai dengan naik tangga. Yang ikut bergoyang saat angin menggoyangnya. Aku tak sempat menjenguknya. Karna ibuku sudah terlalu ngos ngosan menelusuri hutan yang rutenya naik turun, hehe. 

Tak banyak hal yang ku ingat lagi, selain rindu yg kala itu ikut menyatu dengan bisikan merpati yg bersendagurau dengan pinus.. 

Masih banyak hal yg ingin kuceritakan lagi. Denganmu. Tentang kisah dibalik nutrijel, oreo, ikan cupang, atau.. Ahh.. Sudahlah. Kupendam saja dulu. Aku malas menceritakannya. 

Biarlah. Entah terpendam selamanya, atau kita gali bersama, lalu ku spill nanti di antara pinus-pinus itu... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita

Hy...  Kamu dimana? Aku ingin cerita Tentang mata yang susah merem Kulit yang alergi ikan Tirai baru jendela kamarku Dan es pisang ijo yg lezat :)  Hy...  Malam ini, kamu dimana?  Aku ingin ngebacot Tentang kamar yang panas padahal sudah ada kipas angin Cucian yg ngga wangi padahal sudah pakai banyak detergent Tikus yg berkeliaran di dapur Dan kamar mandi yg sudah ku gosok gosok tetap saja ngga glowing :)  Sudah.. Itu aja..  Selamat istirahat kamu..  Kapan2 ayo kita mendaki bukit lagi,  Atau jelajah pasar malam...   :) 

Puisi Orang yang Jatuh Cinta Diam-Diam

Sajak Pilu Untuk Lelaki di Seberang Sana Kau.... Dengan segala rupa parasmu, Ujung hidung menawanmu, Bibir manis yang bespektrum dengan kedua pipi dan kulit putihmu.... Mata tajam dengan lentik bulu mata serta kelopakmu ... Kau... Dengan tatapan tajammu yg sejenak mengarah tepat di balutan kolosal dalam penglihatanku, Meratakan seluruh gelombang dalam permukaan pandanganku, Bersenyawa terhadap simfoni liar dalam mahligai tarian si kawanan serdadu angin senja., Menggeliat dengan serpihan radius komponen jarak antara, aku, kau.... dan, Cinta .... Kau.. Dengan untaian lisan yg terlontar, Mengudara dan menggravitasikan terhadap medan magnet abstrak tanpa perantara, Dan mendaratkan dalam ruang pemberhentian kosong kedap udara, Itu, hatiku.... Dan, kau... Entah panah emas macam apa, yang berhasil kau tarik ulurkan dari genggaman busur hatimu, Sehingga mampu melesat kilat bak permadani bermesin rocket antariksa, Dan menyelinap hebat mengendus perla

Kesinilah

Bahkan setahunpun tak cukup membuatmu hilang dari ingatanku.  Ahh nyesek sekali kali ini.  Sini, kesinilah.  Kita telusuri kembali jalanan kota yang ramai itu.  Tanpa jaket, tanpa helm Tanpa mantol juga Biar hujan ikut mendinginkan hatiku yg mulai panas Kesinilah Kita samperin abang2 makelor yang mulai lelah dagang hingga malam Kita ayunkan ayunan yang nganggur di malam hari Kita coba oreo yang hanya dipajang tanpa bisa dimakan itu Lalu berayun lagi Berayun di setiap ayunan yang kita jumpai di pinggir jalan Kesinilah Kesini sebentaaaar saja Kita cari nasi goreng limaribuan yang bahkan rasanya tidak jelas, tapi slalu ku katakan lezat Lalu kita cari gang gang sempit yang ada lampu kelap kelipnya Kesinilah Barang sekejap saja Lalu kita menuju kali code yang belum sempat kita datangi. Atau layar lebar yang belum sempat kita masuki Sudah.. Itu saja Selebihnya hanya kenangan Yang mari kita pilih Kubur dalam-dalam,  Atau kita hilangkan pelan pelan