Langsung ke konten utama

Rintihan Seorang Pujangga

Rintihan Seorang Pujangga
oleh Ella Harini pada 27 April 2011 jam 19:54









Sempatkah kau mengira

Dalan hati benak bertanya

Tentang fatamorgana cerita

Yang lambat menyerang asa

Namun bertahanpun entah bagaimana

Saat tak ada kawan berkata

Hati pilu hanya bisa merana

Saat kegalauan batin dirasa

Ini hanya perumpamaan belaka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita

Hy...  Kamu dimana? Aku ingin cerita Tentang mata yang susah merem Kulit yang alergi ikan Tirai baru jendela kamarku Dan es pisang ijo yg lezat :)  Hy...  Malam ini, kamu dimana?  Aku ingin ngebacot Tentang kamar yang panas padahal sudah ada kipas angin Cucian yg ngga wangi padahal sudah pakai banyak detergent Tikus yg berkeliaran di dapur Dan kamar mandi yg sudah ku gosok gosok tetap saja ngga glowing :)  Sudah.. Itu aja..  Selamat istirahat kamu..  Kapan2 ayo kita mendaki bukit lagi,  Atau jelajah pasar malam...   :) 

Puisi Orang yang Jatuh Cinta Diam-Diam

Sajak Pilu Untuk Lelaki di Seberang Sana Kau.... Dengan segala rupa parasmu, Ujung hidung menawanmu, Bibir manis yang bespektrum dengan kedua pipi dan kulit putihmu.... Mata tajam dengan lentik bulu mata serta kelopakmu ... Kau... Dengan tatapan tajammu yg sejenak mengarah tepat di balutan kolosal dalam penglihatanku, Meratakan seluruh gelombang dalam permukaan pandanganku, Bersenyawa terhadap simfoni liar dalam mahligai tarian si kawanan serdadu angin senja., Menggeliat dengan serpihan radius komponen jarak antara, aku, kau.... dan, Cinta .... Kau.. Dengan untaian lisan yg terlontar, Mengudara dan menggravitasikan terhadap medan magnet abstrak tanpa perantara, Dan mendaratkan dalam ruang pemberhentian kosong kedap udara, Itu, hatiku.... Dan, kau... Entah panah emas macam apa, yang berhasil kau tarik ulurkan dari genggaman busur hatimu, Sehingga mampu melesat kilat bak permadani bermesin rocket antariksa, Dan menyelinap hebat mengendus perla

Kesinilah

Bahkan setahunpun tak cukup membuatmu hilang dari ingatanku.  Ahh nyesek sekali kali ini.  Sini, kesinilah.  Kita telusuri kembali jalanan kota yang ramai itu.  Tanpa jaket, tanpa helm Tanpa mantol juga Biar hujan ikut mendinginkan hatiku yg mulai panas Kesinilah Kita samperin abang2 makelor yang mulai lelah dagang hingga malam Kita ayunkan ayunan yang nganggur di malam hari Kita coba oreo yang hanya dipajang tanpa bisa dimakan itu Lalu berayun lagi Berayun di setiap ayunan yang kita jumpai di pinggir jalan Kesinilah Kesini sebentaaaar saja Kita cari nasi goreng limaribuan yang bahkan rasanya tidak jelas, tapi slalu ku katakan lezat Lalu kita cari gang gang sempit yang ada lampu kelap kelipnya Kesinilah Barang sekejap saja Lalu kita menuju kali code yang belum sempat kita datangi. Atau layar lebar yang belum sempat kita masuki Sudah.. Itu saja Selebihnya hanya kenangan Yang mari kita pilih Kubur dalam-dalam,  Atau kita hilangkan pelan pelan